Legenda Desa Kali Manggis Kaloran Temanggung
0
komentar
Menurut sejarah, Desa Kalimanggis dibuka sekitar tahun 1830–an. Saat itu masih hutan belantara yang belum bernama. Tokoh yang membuka Desa Kalimanggis adalah sepasang suami istri yang bernama Kyai dan Nyai Cononggo yang kala itu pelarian dari Ngayojokarto Hadiningrat. Setelah sampai di suatu tempat (sekarang bernama dusun Jurang), keduanya menetap dan membuat sebuah gubuk. Pasangan suami istri tersebut dikaruniai 3 orang putra dan 1 orang putri. Putra pertama bernama Sutoreko, kedua Grendiyoso, ketiga Gayong dan yang seorang putri bernama Giyuk.
Kala itu keluarga Ki Cononggo mengalami kekeringan dan berniat mencari
sumber mata air. Kebetulan sesampainya di sebelas timur tempat
tinggalnya ada rembesan air yang sangat kecil. Karena anak–anaknya
merasa kehausan, oleh Ki Cononggo "Teken" yang dipegangnya ditancapkan
di belahan batu padas dan seketika itu keluarlah air. Setelah beberapa
lamanya teken tersebut malah tumbuh tunas–tunas dan lama kelamaan
tumbuh besar. Suatu ketika pas musim berbuah pohon tersebut berbuah
dengan lebatnya. Keempat anak Ki Cononggo sangat kepengin buah yang ada
di pohon tersebut.
Kemudian oleh Ki Cononggo dipetikkan dan dimakanlah buah tersebut, ternyata rasanya manis seperti buah manggis. Oleh Ki Cononggo air yang keluar dari belahan batu padas tadi dibuatlah kali (pancuran). Kemudian kali (pancuran) yang dipinggirnya tumbuh pohon yang buahnya seperti buah manggis, maka oleh Ki Cononggo dan anak-anaknya daerah (wilayah) yang ditempatinya diberi nama “Kalimanggis“ (yang sekarang Dusun Jurang). Setelah semua dewasa dan mempunyai pasangan, masing–masing diberi tugas untuk membuka wilayah yang ada di wilayah Desa Kalimanggis kala itu. Ki Sutoreko diserahi tugas untuk membuka suatu wilayah yang banyak ditumbuhi pohon pring (sekarang bernama dusun Pringkuda), Ki Grendiyoso diserahi tugas membuka suatu wilayah yang ada pohon preh (sekarang bernama dusun Ngepreh/Krajan), Ki Gayong diserahi tugas membuka wilayah yang banyak batu njlapar (sekarang bernama dusun Clapar) , sedangkan Nyi Giyuk diserahi tugas membuka suatu wilayah yang sering kabut/nglamut (sekarang bernama dusun Lamuk).
Kemudian oleh Ki Cononggo dipetikkan dan dimakanlah buah tersebut, ternyata rasanya manis seperti buah manggis. Oleh Ki Cononggo air yang keluar dari belahan batu padas tadi dibuatlah kali (pancuran). Kemudian kali (pancuran) yang dipinggirnya tumbuh pohon yang buahnya seperti buah manggis, maka oleh Ki Cononggo dan anak-anaknya daerah (wilayah) yang ditempatinya diberi nama “Kalimanggis“ (yang sekarang Dusun Jurang). Setelah semua dewasa dan mempunyai pasangan, masing–masing diberi tugas untuk membuka wilayah yang ada di wilayah Desa Kalimanggis kala itu. Ki Sutoreko diserahi tugas untuk membuka suatu wilayah yang banyak ditumbuhi pohon pring (sekarang bernama dusun Pringkuda), Ki Grendiyoso diserahi tugas membuka suatu wilayah yang ada pohon preh (sekarang bernama dusun Ngepreh/Krajan), Ki Gayong diserahi tugas membuka wilayah yang banyak batu njlapar (sekarang bernama dusun Clapar) , sedangkan Nyi Giyuk diserahi tugas membuka suatu wilayah yang sering kabut/nglamut (sekarang bernama dusun Lamuk).
Keranjang Tembakau Temanggung Harga Paling Murah
Artikel Terkait
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: Legenda Desa Kali Manggis Kaloran Temanggung
Ditulis oleh Unknown
Tolong di share ke teman-teman ya,, artikel rating 5 dari 5.
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke https://tani-temanggung.blogspot.com/2017/04/legenda-desa-kali-manggis-kaloran.html. Terima kasih sudah singgah dan membaca artikel ini.Ditulis oleh Unknown
Tolong di share ke teman-teman ya,, artikel rating 5 dari 5.
0 komentar:
Post a Comment