Legenda Desa Tegowanuh Dan Gandulan Kaloran Temanggung

Posted by Unknown 0 komentar


1.Sejarah Desa

Desa Tegowanuh terbentuk sejak masa Pemerintahan Brawijaya  bersamaan dengan masuknya peradapan Islam di Tanah Jawa yang juga  kemudian dilanjutkan  dengan penjajahan VOC di Jawa Dwipa, hal ini dibuktikan dengan adanya peninggalan Prasasti berupa sapi gemarang, punden berundak, batu ledek,  sisa-sisa batu bata, perhisan-perhisan yang ditemukan yang merupakan bukti masa peradapan hindu, masjid Tegowanuh yang menurut cerita ketika dibangun dibawah tiang saka terdapat uang VOC, sumur blandung dan pasar tradisional yang bangunan kayunya masih peninggalan jaman VOC.
Konon disuatu daerah hiduplah 1 (satu) keluarga dan seorang anak dengan nama kepala keluarga pak Pahing dan anaknya bernama Joko Kliwon, pada suatu hari Pak Pahing sedang sakit dan menyuruh Joko Kliwon untuk mencarikan rumput kambing, Joko Kliwon tidak mau malah membantahnya sehingga membuat pak Pahing marah dengan spontan memukul kepala Kliwon dengan centhong dawet, Kliwonlari keluar rumah sambil menangis dan kesakitan, ibunya mengejar Joko untuk disuruh pulang tapi justru semakin takut, akhirnya Kliwon tak mau pulang.
Sudah lebih dari 1 (satu) tahun Kliwon hidup ditengah hutan, tiba-tiba datnglah seorang begal mau merampas Kliwon dan terjadilah pertarungan yang akhirnya begal itu meninggal, Kliwon menyesal atas apa yang telah diperbuatnya dan ia melakukan pertobatan dengan melakukan pertapaan. Dalam pertapaannya ia mendengar suara agar ia berjalan kearah timur untuk berguru disebuah pesantren, Kliwon terbangun dari pertapaannya dan mengikuti perintah suara yang didengarnya dan sampailah disuatu pesantren yang memiliki banyak santri.
Dipesantren Kliwon diterima menjadi santri, selama menjadi santri ia menjadi santri yang rajin dan cerdas hingga suatu malam ketika kliwon tidur diantaranya banyak santri bapa Kyai dikejutkan dengan adanya cahaya diruang santri-santri yang sedang tidur kemudian didatanginya ruang santri tersebut, karena agar tidak menggangu santri-santri yang sedang tidur maka bapa Kyai mendatangi santri yang memperlihatkan cahayanya dengan cara memberi tanda disarungnya.
Pagi itu sangat cerah para santri sedang melaksanan gladi (pembelajaran), bapa kyai berkata bagi siapa yang merasa sarungnya ada tanda ikatannya untuk menghadap kepadaku,  terjadilah kesibukan para santri mencari tanda tersebut dan diketahui sarung Kliwonlah yang ada tandanya ia merasa takut kesalahan apa yang telah diperbuatnya hingga bapa kyai memanggilku. Dengan rasa gemetar penuh tanda tanya Kliwon menghadap Gurunya, sesampai dihadapan gurunya Kliwon langsung berucap Rama Kyai saya sudah siap untuk menerima hukuman, silahkan hukuman apa yang akan diberikan. Rama Kyai tersenyum sambil berkata siapa yung akan menghukummu begini Kliwon, sekarang sudah saatnya kamu untuk mengamalkan segala ilmu yang telah kamu dapat dan cobalah kamu untuk mengabdi di kerajaan majapahit.
Singkat cerita Kliwon diterima di Majapahit dan menjadi senopati majapahit yang kemudian dinikahkan dengan anak Raja Brawijaya yang bernama Wanuhwati, yang kemudian oleh Raja Brawijaya Kliwon dianugrahi pasukan dan harta benda untuk menjadi adipati dibumi kelahirannya. 
Pada saat Kliwon membangun kadipaten bertemulah Kliwon dengan ayahnya yang bernama pak Pahing, disaat pertemuan antara ayah dan anak Dewi Wanuhwati melihatnya yang membuat dewi wanuhwati tidak mau menerima kalau mertuanya seorang tukang jualan dawet, ia merasa malu yang akhirnya membuatnya bunuh diri. Kliwon dan pak Pahing menghadap Raja Brawijaya dan menceritakan kejadiannya, raja menerima dan menyadari yang terjadi pada putrinya biasa hidup dikalangan mewah dan manja dipertemukan dengan kenyataan diluar angan-angannya. 
Dalam suasana duka Raja Barawijaya bersabda tanah bumi kamardikan tempat  meninggalnya putriku Dewi  Wanuhwati saya beri nama TEGOWANUH. Dan nama-nama tempat yang ada di Desa Tegowanuh mempunyai arti yang mengandung sejarah. Diantaranya tempat-tempat itu adalah Pahingan merupakan tempat pak Pahing tinggal, Sekukusan dimana waktu itu ibunya Joko mengejar joko masih membawa kukusan, Sepengawe.
 
Waktu mbok Pahing ngawe-ngawe Joko yang sudah jauh, Sobalas ketika kliwon pergi sabane ning alas maka tempat itu diberi nama Sobalas, Setahunan dimana Kliwon kepergiannya sudah bertahun-tahun ditempat tersebut, Kali Tingal dimana waktu itu Joko Kliwon mengingatkan kejadian dimana kepalanya dipukul centhong, nGlibak dimana waktu itu Wanuhwati mengetahui kalau orang tua Joko Kliwon itu tukang jualan dawet tidak terima kecewa dan naik kuda kesana kemari kalau orang jawa menyebutnya kelabakan yang akhirnya jatuh ditempat tersebut, Gandulan dimana merupakan tempat Dewi Wanuhwati meninggal Gantung Diri (tampak gandul-gandul).
 
 Nayaragen tempat dimana untuk membuat ragen(perekat) bangunan, Nggambangan tempat untuk Bale Kambang, Daleman tempat untuk para abdi dalem, Ngabeyan tempat untuk tinggal para ngabei, Gajahan tempat untuk kandang Gajah dll. Masih banyak lagi tempat-tempat petilasan sejarah Joko Kliwon.

Versi lain yang beredar di masyarakat adalah
Konon pada zaman Majapahit tinggalah seorang penjual dhawet dengan seorang putranya Joko Kliwon, singkat cerita Joko Kliwon tumbuh menjadi seorang pemuda dan berkenalan dengan seorang  putri kerajaan. Joko Kliwon pun membawa pulang sang putri untuk diperkenalkan kepada orang tuanya, namun tidak disangka sang putri rupanya malu begitu mengetahui bahwa orangtua Joko Kliwon adalah  penjual dhawet, maka sang putri pun lari meninggalkan rumah Joko Kliwon, dalam pelarian itu sang putri kadang kelihatan kadang tidak atau dalam bahasa Jawa dikenal dengan kata “Mumbul ilang mumbul ilang”. 

Kemudian oleh Joko Kliwon tempat putri kadang terlihat kadang tidak itu diberi nama dusun Bolang, Joko Kliwon pun dapat melihat sang putri meninggalkan dirinya sampai pegangan pada pegangan  pintu atau gandulan lawang, maka dusun tempat melihat sang putri lari tersebut disebut sebagai Dusun Gandulan, sang putri pun terus berlari sampai akhirnya meninggal yang dalam bahasa Jawa “Bak-Bakan”. 

Yang kemudian tempat tersebut disebut dusun Libak dan sang putri pun dimakamkan di dusun Libak dan dikenal dengan “Makam Puteri”. Kemudian Koko Kliwonn dimarahi oleh orangtuanya dan pergi menuntut ilmu agama, pada saat itu Joko Kliwon tidur malang atau dalam bahasa Jawa disebut “Sare Malang”. Kemudian tempat tersebut dikenal sebagai dusun Malangsari. Akhirnya Joko Kliwon meninggal dan dimakamkan di dusun Malangsari yang dikenal sebagai Kyai Jahet dan juga pendiri desa Gandulan.


Keranjang Tembakau Temanggung Harga Paling Murah

Artikel Terkait
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: Legenda Desa Tegowanuh Dan Gandulan Kaloran Temanggung
Ditulis oleh Unknown
Tolong di share ke teman-teman ya,, artikel rating 5 dari 5.
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke https://tani-temanggung.blogspot.com/2017/04/legenda-desa-tegowanuh-dan-gandulan.html. Terima kasih sudah singgah dan membaca artikel ini.

0 komentar:

Post a Comment

Template by Cara Membuat Email | Copyright of DINAMIKA HIDUP.