KI AGENG MAKUKUHAN PART 2
2
komentar
Istilah Wali dalam masyarakat Jawa merupakan sebuah nama yang sangat terkenal dan mempunyai arti khusus, yakni digunakan untuk menyebut nama-nama tokoh yang dipandang sebagai awal mula penyiar agama Islam di Tanah Jawa. Mengenai asal-usul para Wali tersebut sampai sekarang masih belum terdapat keseragaman pendapat. Namun, dapat ditarik kesimpulan bahwa para Wali yang ada di negara kita mempunyai darah campuran dari bangsa Arab, Cina,
dan Jawa. Ketidakjelasan asal-usul para Wali nampak pada Ki Ageng Makukuhan yang disebut juga dengan nama Syeikh Maulana Taqwim, Jaka Teguh dan Maha Punggung. Di samping itu, ia juga dinamakan Sunan Kedu karena telah menyebarkan agama Islam di Daerah Kedu yang sekarang bertempat di Desa Kedu, Kecamatan Kedu, Kabupaten Temanggung.
Ki Ageng Makukuhan adalah seorang wali yang ikut tergabung dalam anggota Dewan Santrisanga generasi penerus Walisanga. Ia adalah seorang wali yang hidup sejaman dengan Walisanga yang memegang peranan penting dalam menyebarkan agama Islam di Daerah Kedu (Temanggung). Salah satu bukti ia pernah berguru kepada Sunan Kudus dan Sunan Kalijaga. Ia telah merubah masyarakat Kedu yang semula masih menganut kepercayaan Hindu dan Budha
hingga menjadi masyarakat yang beragama Islam. Berkat Ki Ageng Makukuhan seluruh masyarakat Temanggung dan sekitarnya sekarang menjadi makmur khususnya dalam bidang pertanian.
Telah menjadi pengetahuan umum dalam sejarah islamisasi di Daerah Kedu, tidak dapat dilupakan peran dan jasa seorang wali yang bernama Ki Ageng Makukuhan. Ki Ageng Makukuhan yang telah mempunyai berbagai macam nama, di antaranya; Syekh Maulana Taqwim, Jaka Teguh, dan Sunan Kedu yang diakui sebagai seorang tokoh yang menurut sumber lokal dan naskah kuno mempunyai peranan penting dalam menyebarkan agama Islam di Kedu.
Ki Ageng Makukuhan termasuk tokoh yang hidup mengembara. Akan tetapi kemanapun ia pergi mengembara selalu kembali ke Daerah Kedu walaupun
hanya beberapa saat. Selain pernah berguru kepada Sunan Kudus, ia juga pernah berguru kepada Sunan Kalijaga. Tidak heran kalau Ki Ageng Makukuhan mempunyai banyak kelebihan seperti kelebihan yang dimiliki para walisanga. Selain itu ki Ageng Makukuhan juga mempunyai cara pandang keislaman yang berbeda dengan orang lain yang mana ia lebih cenderung pada prakteknya daripada hanya sekedar ucapan atau sekedar teori saja. Di situ Ki Ageng Makukuhan selalu percaya bahwa segala sesuatu tidak akan terjadi tanpa
kehendak Allah.
Bagi masyarakat Kedu nama Ki Ageng Makukuhan dikenal sebagai seorang wali yang mempunyai ilmu dan keistimewaan yang sangat tinggi. Walaupun namanya tidak begitu dikenal sebagaimana nama walisanga, tetapi peranan Ki Ageng Makukuhan semasa hidupnya terutama bagi masyarakat sekitar wilayah Kedu dan masyarakat yang pernah disinggahinya sewaktu dalam
pengembaraan. Di manapun ia berada, di situlah ia meninggalkan kesan yang baik dan peranan yang baik pula, sehingga namanya selalu dikenang.
Ki Ageng Makukuhan menghabiskan masa-masa terakhirnya dengan mengajarkan agama Islam kepada penduduk sekitar. Setelah membuka hutan kemudian Ki Ageng Makukuhan mendirikan sebuah rumah yang menyerupai langgar. Rumah tersebut selain digunakan sebagai tempat berteduh juga sebagai tempat untuk mengajarkan agama Islam kepada masyarakat sekitar. Lamakelamaan Ki Ageng Makukuhan juga mendirikan masjid. Dalam mengajarkan agama Islam di daerah tempat tinggalnya itulah akhirnya Ki Ageng Makukuhan mempunyai beberapa murid yang salah satunya bernama Bramanti. Ki Ageng Makukuhan meninggal dunia pada tanggal 21 Ramadhan 1497 M. bukti sejarah yang paling faktual diketemukannya makam yang bernama
Syekh Maulana Taqwim yang tidak lain adalah Ki Ageng Makukuhan. Makam tersebut terletak di dusun Makukuhan, desa Kedu, kecamatan Kedu, kabupaten Temanggung. Di samping itu juga terdapat makam petilasan yang terdapat di puncak gunung Sumbing. Hingga sekarang setiap tanggal 21 Ramadhan wilayah-wilayah sekitar dimana Ki Ageng Makukuhan dimakamkan selalu ramai dikunjungi orang yang berasal dari berbagai daerah untuk menghormati nama
serta jasa-jasanya.
Ada beberapa referensi yang bisa menjadi rujukan untuk menguak tentang peran Ki Ageng Makukuhan dalam menyebarkan agama Islam yang dilakukannya. Referensi ini ditulis oleh para ahli sejarah. Di antara referensi yang telah membahas tentang Ki Ageng Makukuhan antara lain, adalah:
Chabib Sudarmadi. Babad Kedu (Menelusuri Riwayat Ki Ageng Makukuhan). Magelang: PT. Triguna Husada, 1973 dan bukunya karangan Didiek Nuryanto. Pengembangan Upacara Adat Khaul Ki Ageng Makukuhan, dan Kirab Penyelamatan Dokumen Pemerintah Darurat Kab. Temanggung. Temanggung: Pengembangan Produk Atraksi Budaya dan Pariwisata, 2004. Kedua buku tersebut membahas tentang masuknya agama Islam di Daerah Kedu yang dibawa
oleh Ki Ageng Makukuhan, tetapi pembahasan dalam buku tersebut kebanyakan berupa cerita tentang bagaimana rakyat Kedu mengadu kesaktian dengan Ki Ageng Makukuhan tersebut sebelum akhirnya masuk Islam.
Adapun mengenai usaha-usaha pengembangan agama Islam selanjutnya hanya diuraikan secara global, sementara dalam penulisan skripsi ini lebih menekankan pada pengkajian tentang usaha-usaha yang dilakukan dalam rangka mengembangkan agama Islam di Daerah Kedu dan sekitarnya, di samping akan menjelaskan pula bagaimana pengaruh Islamisasi tersebut terhadap masyarakat. A.M. Djuliati. Eksploitasi Abad XIX (Kerja Wajib di Karesidenan Kedu 1800-1890). Yogyakarta: Tarawang Press, 2000 dan buku karangan Sarjono yang berjudul Menuju Temanggung Yang Dinamis, Sejahtera, Sejuk dan Agamais.
Temanggung: PEMKAB TMG, 2002. Kedua buku tersebut membahas tentang keadaan Daerah Kedu yang terletak di Kabupaten Temanggung baik mengenai letak geografis, kondisi ekonomi dan sosial-keagamaan, namun tidak dibahas mengenai proses penyebaran Islam yang dilakukan oleh Ki Ageng Makukuhan, sedangkan penelitian tersebut bermaksud untuk memberikan gambaran secara detail mengenai kondisi di Daerah Kedu ketika kedatangan agama Islam yang dibawa oleh Ki Ageng Makukuhan. Ridin Sofwan. Islamisasi di Jawa (Walisanga, Penyebar Islam di Jawa, Menurut Penuturan Babad).
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004. Dalam buku tersebut menceritakan tentang penyebaran Islam di seluruh Tanah Jawa, baik yang dilakukan oleh walisanga maupun oleh wali pengikut termasuk Ki Ageng Makukuhan, namun sama sekali tidak disinggung mengenai penyebaran agama Islam di Daerah Kedu akan tetapi hanya disinggung sedikit mengenai penyebaran Islam di daerah pedalaman, sedangkan penelitian ini memberi penjelasan bahwa Ki Ageng Makukuhan adalah salah satu tokoh yang menyebarkan agama Islam di Daerah Kedu.
Pada penelitian ini, penulis tidak dapat melepaskan penelitian yang terdahulu yang kami anggap relevan dengan penelitian ini. Yang dapat penulis temukan yaitu sebuah penelitian berjudul “Ziarah ke makam Ki Ageng Makukuhan di Kedu (Temanggung), Studi tentang konsep keramat dalam upacara ziarah” yang ditulis oleh Rinaningsih, mahasiswa Fakultas Usuluddin UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta pada tahun 1995. Dalam penelitian tersebut ditulis satu sisi dari peran Ki Ageng Makukuhan dalam menyebarkan agama Islam di Kedu.
KI AGENG MAKUKUHAN KEDU
Keranjang Tembakau Temanggung Harga Paling Murah
Artikel Terkait
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: KI AGENG MAKUKUHAN PART 2
Ditulis oleh Unknown
Tolong di share ke teman-teman ya,, artikel rating 5 dari 5.
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke https://tani-temanggung.blogspot.com/2014/06/ki-ageng-makukuhan-part-2.html. Terima kasih sudah singgah dan membaca artikel ini.Ditulis oleh Unknown
Tolong di share ke teman-teman ya,, artikel rating 5 dari 5.
2 komentar:
asalamualaikum.. maaf sebelumnya.. saya mau tanya..
khaul ki ageng makukuhan kapan ya.. tanggal berapa? trima kasih
asalamualaikum.. maaf sebelumnya..
mau nanya.. khaul ki ageng makukuhan itu kapan yaa..
Post a Comment